Khamis, 30 April 2009

simpanlah di ingatanmu


Kenalkah kau suara air menitis pada keras batu

mengukir wajah tekun pada alur dan kerikil tajam

sepi di gua menafsir lembut zikir syahdunya

melarik runcing stalaktit

melentur cerancangan stalagmit

gua hidup menghampar dalam gelapmu

ketabahan dan ketekunan jitu

manusia bergelar guru.


Masih ingatkah kau pada gelita malam

tatkala manusia nanar dalam pencarian

mencari jejak yang retak

meneka takdir mimpi

dengan lembut dia berdiri menabur bakti

titis demi titis luruh

terbakar dan kehilangan diri.


Lupakah kau pada pengukir itu

tekun mengukir mimpi

melarik cinta hari muka

berapa banyak debu pahit

berjelaga dalam hati

bersawangan di ufuk jantung,hingga arca hidupnya retak seribu

mimpimu juga ditenung diukir

sehingga menjadi lukisan abadi.


Dialah

lembut suara air yang mengalir di tengah gua batu

guru yang faham erti kepayahan

menyulam pekerti dalam manis budi.


Dialah

dian kerdil suluhan pencarian

pendidik yang menerima kepayahan

dengan senyum dan rela.


Dialah

penekun tabah mengukir waktu

pengajar bermandi keringat

dalam debu dan batu- batu.


Dialah

manusia kecil yang sering memberi

apa yang kita tidak tahu

menafsir rahsia ilmu

yang tertulis dengan bahasa kalbu.


Simpanlah di ingatanmu

diksi kata pujangga;

Guru laksana ombak

tak jemu-jemu mendambai pantai

Guru seumpama dian kerdil

membakar diri menerangi cahaya

Guru ibarat pengukir

menitip jejak perjalanan hari muka

Guru bagaikan suara air di gua

tekun titis lembut membelah batu.


A.Halim Ali,

Pnsyrh Sastera ,UPSI

Tiada ulasan:

Catat Ulasan