Kenalkah kau suara air menitis pada keras batu
mengukir wajah tekun pada alur dan kerikil tajam
sepi di gua menafsir lembut zikir syahdunya
melarik runcing stalaktit
melentur cerancangan stalagmit
gua hidup menghampar dalam gelapmu
ketabahan dan ketekunan jitu
manusia bergelar guru.
Masih ingatkah kau pada gelita malam
tatkala manusia nanar dalam pencarian
mencari jejak yang retak
meneka takdir mimpi
dengan lembut dia berdiri menabur bakti
titis demi titis luruh
terbakar dan kehilangan diri.
Lupakah kau pada pengukir itu
tekun mengukir mimpi
melarik cinta hari muka
berapa banyak debu pahit
berjelaga dalam hati
bersawangan di ufuk jantung,hingga arca hidupnya retak seribu
mimpimu juga ditenung diukir
sehingga menjadi lukisan abadi.
Dialah
lembut suara air yang mengalir di tengah gua batu
guru yang faham erti kepayahan
menyulam pekerti dalam manis budi.
Dialah
dian kerdil suluhan pencarian
pendidik yang menerima kepayahan
dengan senyum dan rela.
Dialah
penekun tabah mengukir waktu
pengajar bermandi keringat
dalam debu dan batu- batu.
Dialah
manusia kecil yang sering memberi
apa yang kita tidak tahu
menafsir rahsia ilmu
yang tertulis dengan bahasa kalbu.
Simpanlah di ingatanmu
diksi kata pujangga;
Guru laksana ombak
tak jemu-jemu mendambai pantai
Guru seumpama dian kerdil
membakar diri menerangi cahaya
Guru ibarat pengukir
menitip jejak perjalanan hari muka
Guru bagaikan suara air di gua
tekun titis lembut membelah batu.
A.Halim Ali,
Pnsyrh Sastera ,UPSI
Tiada ulasan:
Catat Ulasan